Saat Aku menggenggam surat izin untuk naik kapal, Kau datang dengan begitu gagah dan berani.
Kau bilang, kau akan jadi temanku selama perjalanan nanti.
Kau bilang, kita akan naik kapal dengan cara yang hebat.
Namun,
Ketika di tangga kapal, Kau berbisik; tahukah kau orang-orang didepan kita adalah orang-orang sok suci yang selalu cuci tangan atas kesalahan mereka.
Ketika di tangga kapal, Kau berbisik; kapal ini akan membawa kita ke masa yang tak terarah, semua yang naik kapal ini akan mati dengan penyesalan.
Ketika di tangga kapal, Kau berbisik; bahwa semua yang ada dikapal adalah keegoisan dan kemunafikan yang tak terarah.
Ketika di tangga kapal, Kau berbisik; kebebasanmu tak akan ada lagi.
Ketika di tangga kapal, Kau berbisik; dunia ini akan hancur, nikmatilah waktu yang ada.
Dan pada akhirnya,
Kau mengajak Aku untuk pulang atau melompat dari kapal
Kau mengajak Aku untuk berenang bersama
Kau mengajak Aku untuk bersenang-senang bersama dilautan lepas
Kau mengajak Aku untuk berjemur di pasir sambil meneguk segarnya bir dingin
Tapi,
Saat Dia mencium bau busuk dari seluruh nafasmu,
Saat Dia mendengar ucapan hina dari pita suaramu,
Saat Dia melihat Kau yang berlumur dosa sedang mencoba menggoda Aku yang labil,
Saat Dia merasa Kau yang bermuka ganda sedang mencoba mendorong Aku dari kapal,
Dia datang, dan merubahmu menjadi sosok yang sebenarnya.
kotor, liar, seperti binatang.
Dia datang, membuka mata semua orang yang ada di kapal.
Dia berkata; Jangan takut! Naiklah ke kapal, segera! Kapal tak menjanjikan untuk hidup sempurna, karena semuanya bergantung atas niat, keikhlasan, serta kesucian hati.
let's pray, and hurry up!
ReplyDelete